Selasa, 29 Desember 2009

Akankah Media Massa Bersikap Netral ?

Tidak.Media Massa tidak akan pernah bisa bersikap netral ataupun obyektif karena masing-masing mempunyai kepentingan tersendiri.Misalnya para wartawan yang hanya mementingkan boomingnya berita tanpa memperdulikan kepentingan orang yang diberitakan.Mereka yang hanya mengedepankan larisnya berita yang mereka keluarkan dengan menggunakan judul-judul atau headline yang menghebohkan dan komersiil.Dennis McQuail seorang pakar komunikasi massa bahkan menunjuk bahwa factor komersial sangat mempengaruhi industry pers.
Contoh lain ketika adanya paparazzi, bukankah hal tersebut menjadikan orang yang menjadi subyeknya malah merasa tidak bebas dalam melakukan segala aktivitasnya? Sesuatu yang seharusnya urusan individu/pribadi seseorang malah menjadi konsumsi semua orang.Contoh lain adalah ketika seorang wartawan yang mewawancarai anak kecil yang baru saja mengalami trauma setelah terjadi bencana alam misalnya.Tsunami,seharusnya secara etika hal tersebut tidak diperbolehkan mengingat kondisinya yang masih labil.Wartawan baik reporter maupun redaktur pastilah bersikap subyektif dalam menjalankan praktek-praktek jurnalistik.Mereka tidak mungkin bisa obyektif dalam pemberitaannya, meskipun telah berusaha semaksimal mungkin untuk bisa obyektif.Setiap kata, kalimat atau paragraf dalam laporannya pasti bersifat subyektif.Dalam membuat suatu laporan, wartawan senantiasa terbentur keterbatasan penguasaan bahasa yang dimilikinya dan dipengaruhi oleh latar belakang pengalamannya, lingkungannya, pendidikannya, serta masih banyak faktor-faktor lainnya.
Sedikitnya ada lima faktor yang menyebabkan media massa sulit untuk memenuhi berita yang netral dan obyektif.Diantaranya yaitu :
1. Media massa tidak mempunyai agenda setting yang jelas, sehingga dalam melakukan liputan berita lebih melihat realitas yang muncul kepermukaan (politik,ekonomi,hukum,kriminalitas,olahraga,dll).Perlakuan yang lebih bersifat pada kepentingan person wartawan tidak dikontrol oleh kebijakan redaksi, karena memang tidak adanya perencanaan yang matap atau agenda setting dari media.Agenda setting biasanya dipengaruhi oleh faktor internal media, misalnya factor ideology atau idealis, serta factor eksternal yakni kepentingan pasar dan kenyataan politik.
2. Kemajuan Teknologi Informasi, telah mendorong perkembangan media massa dengan pesatnya sehingga memungkinkan dijadikan ajang bisnis.Sadar atau tidak, redaksi media massa ikut terpengaruh oleh lmbaga (bagian) “ekonomi” dalam struktur internal media massa, seperti lembaga periklanan dan pemasaran koran.Karena pemasang iklan tertentu biasanya ikut diservis dengan berita, atau karena membeli surat kabar dalam jumlah tertentu maka dapat dibarter dengan berita tertentu pula.
3. Media massa memiliki keterbatasan sumber daya manusia.Redaktur dan wartawan masih rendah pemahaman soal pentingnya netralitas pemberitaan.Akibatnya, berita yang bersikap tidak netral dalam surat kabar daerah tidak disadari sepenuhnya oleh wartawan maupun redaktur bahwa berita tersebut tidak netral atau tidak obyektif.
4. Ketergantungan wartawan media massa terhadap narasumber sangat tinggi.Faktor ini menyebabkan narasumber yang pro aktif mengkomunikasikan keinginan-keinginan politiknya dengan wartawan akan diuntungkan oleh media.Sebaliknya, narasumber yang tidak pandai berkomunikasi dengan wartawan maka tidak akan diperhatikan oleh wartawan sehingga tidak mendapat porsi pemberitaan seperti yang diharapkan.Di daerah masih banyak orang, termasuk elit politik, yang belum menganggap berita surat kabar sebagai hal yang strategi untuk membangun citra politiknya secara baik.
5. Wartawan yang mempunyai kedekatan personal dengan orang (pejabat, tokoh, aktivis,dll) atatu lembaga (pemerintah,swasta,organisasi,perguruan tinggi,dll) ayng ada di wilayahnya.
Menurut Agus Sudibyo (2001) bahwa media bukanlah ranah yang netral dimana berbagai kepentingan dan pemaknaan dari berbagai kelompok akan mendapatkan perlakuan yang sama dan seimbang.
Meski publik telah mengetahui kosa kata “obyektif” terus melekat pada sosok media, namun perlu diketahui bahwa apa pun realitas yang terjadi ditengah masyarakat akan memiliki sudut pandang yang bisa jadi berbeda bahkna bertolak belakang antara pandangan media dengan masyarakat.
Dengan memiliki kecermatan tersendiri membaca informasi dari media, masyarakat akan semakin cerdas dan jeli memandang dan menyikapi setiap persoalan (realitas) yang hadir.Dalam hal ini media memang mampu berperan mendefinisikan realitas.Akibatnya, sering terjadi tarik-menarik antara media massa versus masyarakat tentang realitas dan kebenaran yang melekat didalamnya.
Terdapat dua makna realitas yakni realitas media dimana kenyataan yang ada di media merupakan realitas atau kenyataan bikinan atau rekayasa, yang amat dipengaruhi kualitas jurnalis sebagai ujung tombak media dalam memotret kenyataan yang ada di masyarakat.
Masyarakat kadang menyangsikan kenyataan yang ada versi media karena memang media memiliki sudut pandang yang bisa jadi berbeda dengan anggota masyarakat.Realitas riil dimana merupakan realitas yang sesungguhnya terjadi sebagaimana penglihatan telanjang masyarakat atas isi sebenarnya dari sebuah peristiwa.
Sebagai contoh, perusahaan tivi swasta ANTV yang kita ketahui milik pengusaha terkenal sekaligus elit politik yaitu Bakrie.Dalam penyampaian berita, opini, ataupun segala informasi yang ada pastilah pihak ANTV tidak akan memberitakan segala sesuatu yang berhubungan dengan berita-berita yang menjelek-jelekkan atau berita yang bisa membuat citra Bakrie tercoreng.Kemudian jika kita melihat kasus GAM di Aceh.Kita bisa melihat perbedaan Media Massa dalam penyampaian beritanya, Republika dengan KOMPAS.Ketika para pelopor GAM dalam Republika mereka menulisnya sebagai para JIHAD.Sedangkan dalam KOMPAS mereka menulisnya dengan TERORIS.Hal ini memang bergantungdari sudut pandang mana penulis berita berpihak.
Sebaiknya dalam komunikasi politik atau pers di Indonesia harus berjalan sesuai dengan UU yang berlaku, yaitu UU No. 40/1999 tentnag pers :
1. Menginformasikan (to inform)
2. Mendidik (to educate)
3. Menghibur (to entertain)
4. Pengawasan Sosial (soial control) pengawas perilaku publik dan penguasa.
Menurut Denis McQuail bahwa media massa harus bersifat independen (mandiri) dan harus melakukan fungsinya dalam lingkungan kompetensi profesional.Media berusaha melindungi atau memperbesar lingkup otonominya dalam kaitannya dengan sumber akhir kekuasaan politik dan ekonomi dengan mengembangkan sikap obyektif, terbuka, netral, dan menyeimbangkan sehingga menciptakan “jarak” dari kekuasaan tanpa menimbulkan konflik. (McQuail 1987 ; 276).



Daftar Pustaka

- http://frirac.multiply.com
- Teori Komunikasi – Brawijaya Forum
- Suara Merdeka, 11 Oktober 2005
- Atwar Bajari’s Blog
- Mulyanto Utomo, Prasangka,Praduga dan Asumsi Terhadap Pers.8 Desember 2008
- Opini Bebas Indonesia, Kesalehan Media. 18 Oktober 2009

0 Komentar:

Posting Komentar

Berlangganan Posting Komentar [Atom]

<< Beranda